INDONESIA SATU:
MAKASSAR - Ketua TP PKK Provinsi Sulawesi Selatan, Hj Liestiaty F Nurdin dianugerahi piagam penghargaan atas atas partisipasinya dalam kegiatan Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor.
Piagam penghargaan yang ditandatangani Kepala BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana Nasional) Pusat, Dr (HC) dr Hasto Wardoyo Sp OG (K).
Diserahkan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulsel, Andi Rita Mariani. Tepatnya di Rumah Jabatan Gubernur Sulsel, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar Sulawesi Selatan, Selasa (16/02/21).
Selain menyerahkan piagam penghargaan untuk Lies, kedatangan Rita juga untuk membahas sejumlah program yang akan dilaksanakan tahun ini. Dimana, pada tahun 2021, BKKBN menjadi koordinator dalam percepatan penurunan stunting.
"Salah satu mitra terdekat BKKBN dalam percepatan penurunan stunting adalah Tim Penggerak PKK", kata Rita.
Dalam pertemuan tersebut, Rita juga melaporkan terkait pendataan keluarga. Dirinya meminta dukungan Lies, karena 1 April nanti akan dilaksanakan pendataan keluarga serentak di seluruh Indonesia.
"Dan Saya mohon ijin, untuk yang pertama didata adalah keluarga Bapak Gubernur", pinta dia.
Rita juga menyampaikan terkait program pembangunan keluarga, pengendalian kependudukan dan keluarga berencana. Ke depan, ada berbagai program yang dilakukan BKKBN yang terintegrasi dengan program yang dilakukan TP PKK. Antara lain, bina keluarga balita, bina keluarga remaja dan bina keluarga lansia.
"Saya minta ke beliau, untuk menjadi Bunda Genre (Generasi Berencana) Sulsel. Ke depan, kita akan terus bersinergi, karena mitra terdekat kami adalah TP PKK", bebernya.
Sementara, Lies siap mendukung program BKKBN. Dirinya menyatakan kesiapan menjadi partner.
Apalagi terbanyak program yang akan dilaksanakan tahun 2021 ini. Terutama bagaimana menekan angka stunting, hingga bagaimana menekan pernikahan anak.
"Kalau bisa, kita bekerja sama dengan Kementerian Agama, melibatkan penceramah yang sampai ke desa-desa, sampai ke telinganya anak-anak muda dan orang tua. Saya juga minta tolong kalau bisa buat video singkat, untuk disosialisasikan ke kabupaten kota", imbuh Lies.
Dikatakan daerah paling banyak terjadi pernikahan anak yakni Kabupaten Maros, Bone dan Gowa.
"Soal pernikahan anak ini, kadang anak tidak mau, orang tua yang mau. Begitu juga sebaliknya", ungkapnya.
Lies kemudian meminta agar pola sosialisasi diubah. Di masa Pandemi COVID-19 ini, baginya sangat cocok menerapkan sosialisasi dengan memanfaatkan telnologi informasi.
"Sosialisasi ke orang tua juga harus sampai. Bikin video singkat. Pemainnya yang dikenal supaya masyarakat mau dengar. Temanya pernikahan anak. Sekarang kan aturannya, 21 untuk perempuan, 25 untuk laki-laki", terangnya (***)