Makassar - Mengenang 100 hari wafatnya Devi Santy Erawaty Senin 21 September 2020. Di mata keluarga dan kerabat di Sulawesi Selatan dan di beberapa Provinsi lainya ibu Devi merupakan perempuan yang bertanggungjawab terhadap keluarganya.
Jenazah dimakamkan di Perkuburan Al Baqi Ponpes Darul Aman Gombara Jl. KH. Abdul Jabbar Asyiri Kelurahan Pai, Kecamatan Biringkanaya Makassar sekitar 150 m dari rumah duka; setelah dishalatkan di masjid Nurul Ihsan 150 m dari rumah tempat tinggalnya, Selasa 26 September 2020 pada pukul 16.00 wita.
“Beliau wafat karena sakit yang divonis terjangkit Kangker Paru dan Kangker Multiple Myeloma (sel plasma) dari hasil pemeriksaan dokter, 25 Mei 2020 di Rumah Sakit Siloam Makassar, “ ungkap Ahmad Syihabi sebagai suami yang bekerja sebagai guru dan Wakasek SMK Kehutanan Negeri Makassar.
Ketua Forum Fungsional LH dan Kehutanan Sulawesi Selatan ini menjelaskan bahwa, setelah divonis kanker Ibu Devi harus rawat inap di RS Siloam Makassar sebanyak 3 kali; dan 4 kali rawat jalan di rumah sakit yang sama.
“Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT almarhumah ibu Devi selama sakit hingga meninggal bebas dari virus covid-19 dengan dilakukan 2 kali Rapid Test dan 1 kali SWAB, ” kata Syihabi yang setia menemani dan mendampingi terutama selama sakit. Senin, (28/12/2020).
Lebih lanjut Ahmad Syihabi menuturkan, selama ibu Devi dirawat di Rumah Sakit maupun saat rawat jalan di rumah tinggal dilakukan Protokol Kesehatan dengan ketat, baik dari pihak rumah sakit maupun oleh keluarga. Selama di Rumah Sakit hanya 1 orang penjaga, dimana penjaga harus dipastikan bebas virus covid-19 dengan Rapid Test. Tamu dilarang masuk, kecuali hanya bisa diterima di tempat parkir yang disediakan rumah sakit. Selama rawat jalan di rumah tinggal tamu juga dilarang masuk di kamar kusus, kecuali hanya bisa diterima di ruang tamu atau melihat dari jendela kamar.
Sebelum divonis terkena kanker paru dan kangker Multiple Myeloma (sel plasma), almarhumah dinyatakan terjangkit TBC oleh Rumah Sakit Balai Besar Kesehatan Paru Makassar awal Januari 2020 dengan minum obat TBC selama 6 bulan berturut-turut.
“Almarhumah sebenarnya lebih 15 tahun sering batuk-batuk, hanya tidak intensif melakukanan pemeriksaan dokter. Namun almarhum rajin makan buah, minum dan konsumsi obat herbal serta madu. Dan kalau demam, capek dan batuk serta kecapekan sering minta dipijat, dibekam dan kadang minta kerokan, ” demikian ungkap suami tercinta.
Ibu Devi awal menghirup udara pulau Sulawesi di kota Makassar pada tanggal 17 Juli 1995 mengikuti tugas suami sebagai Guru SKMA (Sekolah Kehutanan Menengah Atas) Ujung Pandang yang sekarang SMK Kehutanan Negeri Makassar bersama 1 anak perempuannya.
Almarhumah senantiasa setia mendampingi dan mengikuti suami setelah menikah 4 Juli 1993 di rumah orang tuanya di Surabaya.
Bandar Lampung kota pertama kali Bu Devi tinggal setelaah menikah dengan Syihabi asli dari Madiun. Namun sebenarnya mereka berdua menikah setelah menyelesaikan pendidikan dan bertemu di kampus Universitas Lampung.
Awal almarhumah kelahiran Surabaya itu tinggal di Makassar di rumah dinas suami di komplek SMK Kehutanan Negeri Makassar (dahulu SKMA Ujung Pandang) di Jalan Perintis keerdekaan Km 17 bersama suami dan 1 anak bayi perempuan umur 2 tahun bernama Zahra.
Mulai dari Komplek SMKKN Makassaar itulah almarhumah yang berdarah Lampung dan Muara Enim tersebut mulai berpartisipasi di Dharma Wanita tempat suami bekerja. Sambil mengikuti perkembangan dan pendidikan anak perempuannya, almarhumah yang kelahiran 16 september 1968 itu mulai bekerja sebagai Guru TK Al Insyirah Makassar, kemudian Kepala Sekolah TK Al Insyirah, Guru SD Al Insyirah dan terakhir sebagai Guru SDIT Ar Rahmah. Setelah era Reformsi 1998 almmarhumah aktif partai sejak Partai Kedilan hingga menjadi PKS, sambil buka usaha toko buku Insan Kamil di Daya Makassar.
“Dengan modal pengalaman saat kuliah di Universitas Lampung dan pengurus Dharma Wanita, almarhumah secara alami dan bertahap mengikuti aktifitas sosial, agama, pendidikan, dan politik di kota Makassar, ” ungkap Syihabi.
Lanjut Syihabi mengungkapkan, aktifitas politiknya dimulai dari pengurus DPD PK Kota Makassar hingga Ketua DPW PKS Sulsel bidang Kesra. Karena ketekunan dan kerja keras dalam membesarkan partai, almarhumah dipercayakan sebanyak 4 kali sebagai Caleg PKS.
Baca juga:
Gowes Ala Distamhut DKI Jadi Sorotan FWJ
|
Semasa hidupnya, Ibu Devi selain aktif di partai juga terpilih 2 periode sebagai Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan periode 2004-2009 dan periode 2009-2014 dari Daerah Pemilihan Maros-Pangkep-Barru-Pare-pare perwakilan Partai Keadilan sejahtera (PKS).
“Selama minimal 10 tahun tersebut selain rajin beraktivitas di Kantor DPRD Provinsi Sulawesi selatan, juga rajin turun menjemput aspirsi dan membantu masyarakat khususnya di daerah pemilihnnya (Maros, Pangkep, Barru dan Pare-pare), ” ungkap Syihabi.
“Kalau saya sendiri sering berdua mendampingi istri tercinta selama 10 tahun sebagai anggota legislatif di hari-hari libur atau di luar jam kerja sebagi PNS saya sambil honey life di daerah pemilihan, ” pungkas sang Suami tercinta.
Sementara menurut Anggota DPD RI Dapil Sulsel, Tamsil Linrung, bu Devi Politisi perempuan yang paling rajin merawat konstituennya. Termasuk yang jauh ke pelosok, bisa dikata daerah remote area. Sebutlah Desa Tabo-Tabo di Pangkep, dan Kecamatan Pujananting suku/daerah terasing di suatu wilayah di Barru.
“Ketika saya berkunjung ke wilayah tersebut saya telah mendapati bu Devi sudah lebih duluan berada di lokasi. Bagi almarhumah, itu sudah kunjungan kesekian kalinya. Di sana rutin almarhumah memberikan bantuan dan pembinaan, ” lanjut anggota DPR RI FPKS periode 2004 hingga 2019.
“Saya salut, beliau adalah politisi teladan bagi kita para politisi apalagi bagi yang juga sebagai da'i. PKS dan kita semua khususnya masyarakat Sulawesi Selatan tentu sangat kehilangan dengan kepergian almarhumah. Selamat jalan bu Devi. Semoga Allah membalas semua amal baikmu dengan Syurga. Aamiin, “ tutup Tokoh Nasional dari Sulsel.
Irjen M. Fadil Imran Kapolda Metro Jaya asal Makassar mengungkapkan kekagumannya kepada Almarhumah, Saya sebagai keluarga melihat perjalanan hidup almarhummah sebagai perempun yang sederhana, ulet dan tulus.
“Saya kenal dengan almarhumah sejak kami sama-sama bujang di Lampung, hingga berkarir di dunia politik sebagai Aleg Provinsi, ” imbuhnya mantan Kapolda Jatim lagi.
Muzayyin Arif wakil Ketua DPRD sulsel mengungkapkan, bu Devi wanita tangguh, menunjukan bagaimana muslimah berpartisipasi di dunia politik, keaktifan berpartai tidak melalaikan tugas di tengah keluarga, perjuangan di gedung parlemen tidak melupakan konstituen, dan beliau hadir di tengah masyarakat hampir di setiap saat warga membutuhkan bantuannya.
“Beliau menyisakan keteladanan bagi setiap insan politik, “ tambahnya Bendahara DPW PKS Sulsel lagi.
“Almarhum bu Devi adalah sosok ulet, penyabar dan perhatian kepada sesama, dan sebuah teladan yang mengesankan, ” ungkap Syamsari Kitta Bupati Takalar.
"Beliau adalah seorang tokoh perempuan yang punya integritas, peka terhadap permasalahan dosial di masyarakat, ramah dan mudah bergaul, serta disiplin, " ungkap DR.Irma Indriyani Rektor ITP Takalar.
"Semoga Allah swt selalu merahmatinya hingga yaumil akhir. Aamiin yaa Rabb, " ungkap istri Bupati Takalar lagi.
“Semoga Allah selalu menjaganya dan menempatkan di surga yang tinggi disisiNya, Amin Ya Rabbal Alamin, ” ungkap Ketua DPW Gelora Sulsel tambahnya lagi.
“Saya sebagai teman di DPRD Sulsel 2004-2005 dalam satu partai, bahwa Bu Devi ramah, mudah membantu dan suka berkawan, ” kata Zainal Abidin anggota DPRD Sulbar 2005-2014.
“bu Devi adalah seorang Kader yang berkomitmen dengan nilai-nilai perjuangan, “ ungkap Susy Smita anggota DPRD Sulsel periode 2006-2009.
”bu Devi selalu berkhidmat pada masyarakat dan istiqomah sampai akhir kehidupan, “ ujar Pengurus Bidang Pembinaan Wilayah PKS Sulawesi lagi.
“bu Devi, engkau adalah Mujahidah sejati. Sahabatku yang paling sabar, ulet, pantang menyerah dan teguh pada prinsip, ” ungkap Andi Mariatang anggota DPRD FPPP Sulsel 2 periode tahun 2004 - 2014.
“Ibu Devi, ditakdirkan bersama seiring sejalan, kebersamaan tak hanya di dewan tapi juga sama-sama mengurus organisasi KPPI. Kami saling menguatkan dan mendukung satu sama lain, meski beda partai. Terakhir kami ketemu sebelum pandemi saat ke Makassar, ngobrol dan makan bersama, ” kesannya ketua KPPI Sulsel lagi.
“Saya sebagai sesepuh KKJ (Keluarga Kerukunan Jawa) kota Pare-pare menghimbau kepada warga KKJ kota Pare-pare untuk membacakan surat Al Fatehah dalam rangka memperingati 100 harinya almarhumah Ibu Devi, ” ungkap Mas Haji Jono.
“Beliau yang telah banyak membantu organisasi KKJ Pare-pare; dan semoga diterima amalnya diampuni dosa-dosanya ditempatkan di suganya Allah. Amin ya rabbal alaminm.” lanjut tokoh jawa di Kota Pare-pare lagi.
Empat kali sebagai Caleg dan 2 kali sebagai Aleg.
Ibu Devi selain aktif sebagai kader maupun sebagai pengurus PKS, juga selalu sebagai Caleg (Calon Legislatif) PKS selama 4 kali secara berturut-turut dari pemilu legislatif tahun 2004, 2009, 2014 dan terakhir 2019.
Dua kali pemilu legislatif 2004 dan 2009 ibu Devi terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan.
“Partisipasi aktif sebagai caleg tersebut dilaksanakan dengan kerja keras dan maksimal, serta saya sebagai suami mendukung penuh, ” ungkap Syihabi.
“Bahkan sebagaai Caleg DPR RI tahun 2014 ilksanakan dengan tekun dan rajin turun ke daeerah pemilihan meliputi 9 Kabupaten/kota mulai dari maros, Pangkep, Barru, Pare-pare, Bone, Soppeng, Wajo, Bulukumba dan Sinjai, ” ungkap suaminya lagi.
“Bu Devi setelah tak lagi sebagai Aleg waktunya diisi selain tetap di PKS dengan berwira usaha buka toko herbal HPAI dan membuka sekolaah PAUD yang merupakan salah satu unit dari Yayasan Cita Insan Kamil yang telah didirikannya sejak tahun 2012, “ ungkap Syihabi.
“Hingga beliau sakit aktifitas sehari-hari adalah kegiatan di PKS Sulsel, usaha Herbal HPAI dan PAUD yang bertempat di Ruko samping rumah tinggal, ” tutup Ahad Syihabi, Suami Almarhumah Bu Devi.
Penulis: Ahmad Syihabi
(Wakasek dan Humas SMK Kehutanan Negeri Makassar dan Ketua FORSI KLHK Sulsel)